April 19, 2024
Sumur Pengeboran Mbinudita Tahap Satu

I. Latar belakang

Air merupakan kunci utama untuk taraf hidup yang lebih baik, karena air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Dan air memiliki dampak besar pada kesehatan, pendidikan, ekonomi, kesejahteraan, dan kesetaraan.

Di Mbinudita, air merupakan salah satu energi yang saat ini cukup sulit didapatkan. Salah satu faktor penyebabnya adalah jenis tanah yang berbatu sehingga titik sumber air jauh dari permukaan tanah. Alasan lainnya adalah tidak banyak sumur yang tersedia, sehingga warga harus berduyun-duyun ke sumur yang sering kering atau berjalan kaki 1,5-3 kilometer ke mata air.

Standar pemenuhan kebutuhan air bersih adalah 49,5 liter/kapita/hari. Badan dunia UNESCO sendiri pada tahun 2002 telah menetapkan hak dasar manusia atas air, yaitu 60 liter/orang/hari. Di Mbinudita Sumba kurang dari 10 liter/orang per hari karena sulitnya akses air bersih.

Untuk mendapatkan air, warga Mbinudita harus berjalan kaki sekitar 1,5 – 3 Km menuju sebuah mata air, yaitu mata air Matawai Payunu. Biasanya mereka menggunakan jerigen 5 liter, 1 orang bisa membawa 3-5 jerigen, dengan alat bantu angkut sapi atau kerbau, mereka bisa memuat hingga 10 jerigen lebih. Ada juga sumur tradisional dengan kedalaman 12-35 meter, biasanya ibu-ibu juga antri untuk mencuci pakaian dan dibawa pulang untuk keperluan dapur. Tak jarang juga ditemukan hewan ternak juga ikut mengantre untuk mendapatkan jatah air.

II.1. Survei & Sosialisasi

titik air
Sumur bor ini digali di atas tanah seorang warga desa Mbinudita bernama Pak Indra, yang jaraknya kurang lebih 160-250 meter di bawah sekolah dengan kedalaman kurang lebih 45 meter.

Penerima manfaat
Penerima manfaat terbesar dari air sumur bor ini adalah warga sekolah Mbinudita dan warga Mbinudita di RT XX dan XX, dengan jumlah XX KK, dengan total XX warga. Air ini akan ditampung di waduk sekolah sebelum disalurkan ke waduk lain di RT lain melalui pipa.

Akses Jalan
Akses jalan ini menjadi sangat penting karena alat berat harus mencapai titik pengeboran. Jalanan masih belum macet, sehingga tim harus mencari jalur terpendek dan mungkin dengan beberapa alternatif karena jika mulai hujan akan sangat licin.

Sosialisasi
Sosialisasi mengenai pengadaan sumur bor di Mbinudita dilakukan di sekolah-sekolah bersama warga sekitar, sosialisasi ini dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari warga dalam proses pengadaan, konstruksi hingga proses pemeliharaan. Semua dari warga ke warga, untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dan lebih sehat.

II.2. PERSIAPAN
Persiapan pengeboran dilakukan dalam dua tahap, yang paling awal adalah pendirian rumah kerja dan pembersihan jalan akses kendaraan untuk mencapai titik pengeboran, baik untuk mengangkut alat berat maupun truk tangki air, karena lokasi pengeboran kurang lebih 500 meter dari lokasi pengeboran. jalan.

Rumah kerja ini terbuat dari kayu belah dan bambu hasil kumpul masyarakat di sekitar titik pengeboran. Semua orang bekerja sama, tidak menunggu perintah, semua orang mengambil bagian atas inisiatif mereka sendiri. Dalam waktu kurang dari 1 hari penuh, bangunan rumah kerja sudah berdiri, berbentuk rumah panggung yang nantinya akan dipasang atap terpal saat pekerjaan dimulai.

Secara adat, proses ini juga diawali dengan upacara Pak Awang selaku pemuka adat yang masih menganut kepercayaan Marapu, diawali dengan upacara adat agar proses mendapatkan air lancar dan tidak terganggu, kemudian memasang pagar keliling. mengebor dengan syarat perempuan tidak boleh masuk. daerah tersebut sampai proses pemboran selesai.

II.3. PENGEBORAN

Pengeboran sumur dilakukan dengan bantuan mesin bor dengan mata bor khusus karena daerah ini cukup berbatu. Proses pemboran berlangsung kurang lebih 10 hari, terhenti sejenak karena mata bor patah karena batuan terlalu tebal sehingga tidak langsung menembus, dan pada akhirnya harus mengganti mata bor dengan yang baru.

Air ditemukan pada kedalaman 42 meter dari permukaan tanah, dengan air tanah yang bersih dan cukup konsisten pada hari ke-13, semua warga bergembira. Dari kedalaman ini air naik ke permukaan hingga ke 18 meter.

Saat ini sumur bor tersebut sudah terpasang cement cashing dengan pipa valve yang siap dipasang pompa air.

Keseluruhan rangkaian proses pemboran ini memakan waktu 13 hari dengan kedalaman lubang bor 42 meter. Pada grafik disamping terlihat semakin landai, hal ini dikarenakan diatas angka 30 meter ditemukan batuan yang sangat keras sehingga dalam satu hari hanya ditemukan kedalaman kurang lebih 1 meter.

II.4. Kendala di Lapangan

    • Hujan, hal ini menyebabkan akses jalan licin sehingga proses mobilisasi truk pengangkut bot tidak dapat mencapai titik tujuan dan solusinya diangkut secara manual dan estafet oleh warga dengan alat seadanya meski dengan tangan kosong.
    • Alat bor di kedalaman 30 meter ditemukan batuan tebal yang membuat mata bor bermasalah dan harus diperbaiki, maka tim berangkat ke Waingapu untuk memperbaiki mata bor agar bisa kembali bekerja.
    • Dalam proses pemboran air yang dibutuhkan banyak, hari ke 6 air di shelter defender habis, saya pesan tangki air tapi tidak sampai. Sehingga karena proses pengeboran harus terus berlanjut, tim mengambil langkah untuk mengalirkan air di waduk sekolah menggunakan pipa dengan jarak kurang lebih 200 meter.
    • Seluruh proses terlampaui, dan diakhir kegiatan ada masalah dengan partisipasi masyarakat, hal ini dikarenakan proses bongkar muat alat bor dilakukan pada malam hari, sehingga tidak banyak warga yang ikut karena cuaca hujan dan kekurangan. pencahayaan, sehingga tim dan hanya beberapa warga harus melakukan kegiatan ini sampai selesai.

Lihat Proposal

 


Last updates from us

Recent Post